Pages

Minggu, 20 April 2014

PERDALAM PENGETAHUAN SENI RUPA






        
  Seni merupakan cipta, rasa dan karsa yang memiliki keindahan dari satu momen singkat yang belum pernah terlihat oleh orang lain sebelumnya (imajinasi) yang bertahan dari satu generasi kegenerasi (abadi). Dalam mewujudkan sebuah seni membutuhkan sebuah media yang berbeda dan hasilnyapun akan berbeda juga. Seni yang mengutamakan unsur gerak disebut “Seni Tari” dan seni yang mengutamakan unsur bunyi disebut “Seni Musik”, serta seni yang mengutamakan unsur bentuk disebut “Seni Rupa”. Teori umum seni rupa menurut seni rupa barat dapat dibedakan menjadi dua yaitu “Seni Murni” dan “Seni terapan”. Dalam hal ini, akan lebih dibahas mengenai seni rupa khususnya seni rupa barat. Teori umum seni rupa menurut seni rupa barat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “Seni Murni” (Pure Art) dan “Seni Terapan” (Applied Art).

a. Seni Murni (Pure Art)
  Seni  murni merupakan seni rupa yang mengutamakan nilai budaya dan hanya memiliki nilai keindahan/estetik sebagai hiasan atau dinikmati untuk dilihat saja. Awalnya seni murni menginginkan hasil karyanya untuk dinikmati keindahannya oleh penciptanya maupun orang lain dan bukan untuk diperjual belikan. Namun seni murni saat ini tidak sepenuhnya murni. Perlahan-lahan seni murni yang dulunya diciptakan untuk aspek estetik (keindahan) saja, sekarang juga dipandang mampu memunculkan suatu fungsional (kegunaan) serta profit (keuntungan). Jadi, karya seni saat ini memiliki nilai estetik dan fungsional, tapi tidak semua karya seni tersebut memiliki nilai estetik dan fungsional. Contoh seni melukis, mulanya hanya sebagai hiasan semata untuk dipajang di dinding rumah. Sekarang seni melukis sudah berkembang tidak hanya  memiliki nilai estetik(keindahan) sebagai hiasan, tapi diperjual belikan jiga yang artinya  memiliki kegunaan memenuhi kebutuhan ekonomi.

b. Seni Terapan (Applied Art)
   Seni Terapan merupakan senii rupa yang lebih mengutamakan kegunaannya atau fungsi pakainya. Seni terapan memiliki fungsi pragmatis (memenuhi keperluan/kebutuhan hidup manusia). Membuat karya seni rupa terapan tidak sebebas membuat karya seni rupa murni karena di dalamnya harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti syarat keamanan (security), kenyamanan (comfortable), dan keluwesan dalam penggunaan (flexibility). Seni terapan juga dapat memiliki nilai fungsional (memenuhi kebutuhan hidup manusia) dengan mendatangkan keuntungan (profit), serta nilai keindahan atau estetik. Jadi, pada initinya seni terapan ini memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia yang tidak hanya bisa di pandang keindahannya, namun juga dapat di pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh seni terapan ialah sebuah Hotel yang memiliki nilai fungsional sebagai penginapan/tempat tinggal sementara dengan mendatangkan keuntungan (profit) berupa nilai ekonomis serta memiliki nilai keindahan atau estetik seni bangunan (arsitektur) yang unik dapat menggait hati, membuat nyaman dan menenngkan jiwa yang menempatinya.

   Adapun pembagian antara “Seni Murni” (Pure Art) dan “Seni Terapan” (Applied Art) sebagai berikut:

Seni Murni
(Pure Art)
Seni Terapan
(Applied Art)
Seni Lukis
Seni Bangun
Seni Patung
Seni Tenun
Seni Arsitektur
Seni Kriya
Seni Pahat
Seni Batik
Seni Grafity
Seni Baliho (Reklame)
Seni Kaligrafi
Seni Famplet (Reklame)
Seni Dekorasi
Seni Poster (Reklame)
Seni Grafis
Seni Pahat
Seni Fotografi
Seni Grafis
Seni Ukir
Seni Fotografi
Seni Ukir
Seni Arsitektur
Catatan : Yang termasuk kedalam seni kriya adalah logam, kayu, fiber, plastic, batuan, keramik, tanah liat, batik, dan tekstil.
    Seni juga dapat dilihat dari segi “Kelas Sosial”-nya. Maksudnya, hasil karya seni tersebut dibedakan berdasarkan penyebutan nama, baik itu penyebutan nama hasil karya seni maupun penyebutan diri sendiri sebagai orang yang menghasilkan karya seni. Dalam hal ini, terdapat dua kelas sosial, yaitu ada orang-orang yang tinggal di kota atau sering disebut pekota, dan ada orang-orang yang tinggal di desa atau sering disebut dengan pedesa. Orang kota (pekota) menyebut hasil karyanya sebagai “Design” serta menyebut dirinya sebagai “Seniman”. Orang kota (pekota) beranggapan bahwa teori seni rupa kebanyakan dibuat oleh orang kota. Lain halnya dengan seniman yang berasal dari desa (pedesa), mereka tidak menginginkan/tidak berharap/menuntut agar disebut dengan panggilan seniman, namun mereka sering disebut oleh orang pekota sebagai “Artisan” (Perajin, Tukang, Kriyawan). Orang kota memiliki sifat angkuh yang tidak mau disamakan dengan orang desa baik itu dalam hal penyebutan nama, hasil karyanya, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kelas sosial dari orang pekota dan orang pedesa, yang mengharuskan adanya jarak di antara orang kota dan orang desa. Menurut hasil karyanya orang kota tidak selalu lebih bagus hasil karyanya dibandingkan dengan orang desa. Hasil karya seorang seniman justru berbeda-beda meskipun mendiami tempat yang sama sekalipun. Artinya, tidak selalu lukisan orang kota lebih bagus daripada lukisan orang desa, Hal tersebut bergantung pada orangnya sendiri dalam menekuninya, serta memaknai hasil karyanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar