Saat itu aku duduk termenung di kelas mendengarkan lantunan lagu yang dinyanyikan salah satu teman kelas-ku. Dari hal tersebut aku berusaha menikmati dan merasakan emosi yang ingin disampaikan lagu tersebut dan aku tuangkan dalam sebuah goresan cat air dengan penuh warna. Aku bukan seorang seniman dan bukan pula seorang pelukis handal. Namun aku diminta untuk melakukannya dengan imajinasi yang terlintas dalam pikiranku. Setelah mengikuti lantunan lagu yang dinyanyikan, aku diminta untuk melanjutkan goresan yang telah aku buat sebelumnya. Selama 2 jam kedepan aku bergelut bersama, air, cat air, kuas, pallet, dan sebuah kertas lukis.
Pikiranku penuh tanda tanya
akan apa yang aku buat nantinya? Aku berpikir keras, hingga akhirnya aku menemukan
sebuah gambaran akan apa yang akan aku lukis nantinya lewat goresan yang
akubuat seperti sebuah binatang “Trenggiling”. Mengawali sebuah goresan yang
mengarah akan imajinasiku begitu berat rasanya karena aku sangat takut untuk
salah. Namun, saat aku mulai membentuk wajahnya yang begitu jelas terlihat
persis/bisa dibilang mirip aku mulai percaya diri dan perasaan keraguan dan
takutku mencair begitu saja. Aku mulai berani dalam menuangkan warna yang tajam
dan kontras, walaupun aku kurang paham dengan campuran cat air dengan
air yang harus diperhatikan. Dari pengalaman selama beberapa menit mengajarkan
saya akan semakin banyak kita menggunakan air dalam mencampur cat air, maka
warna yang dihasilkan pun akan semakin pudar dan bila ditumpuk dengan warna
yang lainnya menimbulakan perpaduan warna yang cukup menarik. Begitu sebaliknya
jika kita semakin sedikit menggunakan air dalam mencampur cat air, maka warna
yang dihasilkan akan sangat pekat dan bila dipadukan dengan yang lainnya tidak
akan menimbilkan warna baru. Maka dari itu, hanya dengan memperhatikan
penggunaan air kita akan mendapatkan warna yang kita inginkan dari cat air.
Dalam melukis imajinasi yang akan ku buat, aku mulai
menyadari bahwa pengalaman-ku yang minim dalam menggunakan bahan dan alat yang
ku gunakan tidak bisa mengimbangi keinginanku secara maksimal yang sudah
terbayangkan dalam benakku. Aku sadar bahwa melukis itu membutuhkan
keterampilan, ketepatan dalam mencampur warna, ketelitian, kesabaran dan
pantang menyerah dalam menyelesaikan sebuah lukisan. Ketika lukisan-ku penuh goresan dengan berbagai warna yang
menunjukan ekspresi-ku dalam melukis dan kini kertas lukis yang kugunakan penuh
dengan warna aku merasa lega dan plong rasanya bahwa ternyata aku bisa melukis
juga. Oleh karena itu, aku tidak lagi menjadi seorang yang takut/pengecut dalam
menuangkan ekspresiku dalam sebuah lukisan walaupun orang menganggap lukisanku
jelek namun itu sangat berharga bagiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar