Pages

Minggu, 20 April 2014

TEKNIK AIR BRUSH SEDERHANA





Teknik air brush sederhana merupakan teknik menggambar dengan memanfaatkan mal atau pola untuk membentuk gambar, kemudian diwarnai dengan menggunakan pewarna yang dipercikan dengan sebuah sikat dan saringan/sisir. Menggambar dengan menggunakan teknik ini sangatlah mudah, sebab hanya dengan menggunakan mal yang sebelumnya kita bentuk dengan detail yang baik sudah mendapatkan gambar yang sesuai dengan keinginan kita. Namun diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam bekerja agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pewarnaan teknik air brush. Dalam teknik air brush menggunakanan pemberiaan warna yang dengan berbagai macam warna untuk mendapatkan gradasi warna yang bagus/yang diinginkan.

Alat dan bahan yang digunakan dalam teknik air brush, yaitu :
a.      Mal (Pola) yang biasa digunakan ialah kertas berbentuk Harimau/yang lainnya yang dibentuk sedemikian rupa yang memiliki bentuk yang unik.
b.      Pewarna yang bisa digunakan dalam pembuatan teknik air brush ini ialah antara lain, cat air dan pewarna makanan (sumba).
c.      Kertas gambar/lukis yang digunakan bisa beragam, namun sangat disarankan untuk menggunakan kertas gambar A4.
d.      Saringan tepung atau sisir bertujuan untuk pemberian warna pada gambar, agar jatuhnya warna kecil-kecil dan merata.
e.      Sikat gigi bekas untuk menggoreskan warna pada saringan tepung ataupun sisir dengan menjatuhan warna secara merata disetiap mal atau pola.

Langkah Kerja yang dilakukan dalam menggambar menggunakan teknik air brus, ialah:

1.      Siapkanlah alat dan bahan yang digunakan, seperti kertas gambar A4, Mal (pola) berbentuk harimau, pewarna, saringan tepung atau sisir, dan sikat gigi bekas.
2.      Letakkan pola diatas kertas gambar, usahakan pola tersebut tidak bergeser agar terbentuk gambar sesuai dengan pola yang digunakan.
3.      Campur pewarna cat air/sumba dengan air, jangan terlalu pekat perkirakanlah agar mendapatkan hasil yang maksimal.
4.      Basahi sikat gigi dengan pewarna yang sudah disiapkan, jangan terlalu basah, agar cipratan wrana yang terbentuk sesuai dengan keinginan kita.
5.      Gosok-gosokkanlah sikat gigi pada saringan atau sisir berulang kali, tepat diatas pola yang ingin diberikan warna sesuai dengan keinginan, sampai terbentuk gambaran sesuai dengan mal (pola) yang digunakan.
6.      Apabila sudah selesai, angkatlah pola yang digunakan. Lakukan cara yang sama pada tempat yang lain.
SELAMAT MENCOBA YA KAWAN J

MONTASE “SUATU CERITA PENGHARAPAN MASA DEPAN”







Montase merupakan teknik menempelkan gambar yang sudah ada sebelumnya di sebuah majalah atau koran bekas dan disusun sehingga membentuk suatu hal yang baru atau mengandung sebuah cerita baru. Teknik montase lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan mozaik dan tidak memakan waktu yang cukup lama, serta gambar-gambar yang bisa digunakan pun sangat bervariasi. Dalam montase kita dituntut untuk berimajinasi lebih ekstrim dibandingkan biasnya. Sebab kebanyakan karya montase menghasilkan sesuatu yang tidak biasanya dan tidak wajar dalam dunianyata. Misalnya saja dalam satu gambar terdapat banyak orang yang sama, manusia berkepala binatang ataupun sebaliiknya, dan lain sebagainya. Montase sangat cocok diterapkan pada siswa Sekolah Dasar karena siswa Sekolah Dasar sangat suka berimajinasi akan hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang-orang dewasa. Sehingga apabila siswa-siswa Sekolah Dasar tersebut membuat sebuah karya berupa Montase pastilah akan banyak menghasilkan sesuatu yang imajinatif dan hal-hal yangbaru. Dan dari sana kita bisa mengamati perkembangan daya imajinasi anak peserta didik.
Banyak hal yang bisa kita lakukan dengan teknik montase, sebab teknik montase tidak membatasi kita dalam berimajinasi akan dunia yang kita ciptakan sendiri. Kita dapat menceritakan suatu hal yang tidak bisa kita diskripsikan ataupun keluarkan lewat perkataan. Montase memang dilakukan dengan bertujuan agar seseorang bisa menciptakan sebuah cerita baru dari potongan-potongan gambar yang ada, sehingga potongan gambar yang telah tersusun dengan rapi dapat di reka-reka sebuah cerita baru yang menarik. Agar terlihat lebih menarik teknik montase dapat dipadukan dengan yang lainnya misalnya saja dengan menggunakan cat air, crayon/pensilwarna sebagai pewarna, untuk mewarnai ruang yang belum terisi/kosong, sehingga gambar yang kita inginkan dapat terselesaikan. Tentu saja dengan berpegang teguh pada montase agar terlihat lebih dominan dibandingkan dengan yang lainnya, agar tetap gambarlah yang menjadi objek dari cerita tersebut. Walaupun dalam montase terkadang gambar yang kita dapat sulit dipadukan dengan berbagai gambar yang sudah ada untuk kita jadikan sebuah objek hasil karya, namun disanalah letak tantangan dari pembuatan hasil karya menggunakan teknik montase. Sejauh mana imajinasimu? Buruan coba.


Montase kali ini, saya membuat gambar yang bertemakan dengan “Laki-laki Ideal Masa Kini” gambar ini terdiri dari gambar seorang laki-laki yang sedang berdiri di sepeda motornya dan background terdiri dari gambar pohon(taman depan rumah), rumah design minimalis dengan fasilitas lengkap dan kolam renang dengan mobil yang parkir di sebelahnya merupakan gambaran pengharapan sebuah impian setiap laki-laki ideal masa kini yang berkehidupan mapan tidak kekurangan apapun. Jadi, pembuatan montase sangat menyenangkan, apabila memilki imajinasi yang tinggi dan daya nalar serta kemauan untuk menjadi seseorang yang inovatif dan kreatif. 

MOZAIK “TEMPELAN LEBIH BERBICARA BANYAK”


Mozaik merupakan menggambar dengan teknik menempel berbagai bentuk-bentuk geometris tertentu sebagai pengganti bahan pewarna. Misalnya saja dengan menggunakan keramik atau kaca warna, biji-bijian, dedaunan/bunga yang sebelumnya sudah dikeringkan, menggunakan kertas bekas yang sudah terpotong-potong dan lain sebagainya. Dalam penggunaan bahan pewarnaan yang akan kita gunakan dalam melukis dengam cara menempel sebaiknya menggunakan cetakan/bentuk/potongan bahan yang sama agar memudah kita dalam menata sesuai dengan imajinasi yang sudah terpikirkan sebelumnya. Bentuk-bentuk geometris yang bisa digunakan dalam mozaik ini misalnya bentuk lingkaran, persegi, oval atau bahkan bentuk yang lainnya, bergantung pada suatu hal yang akan kita buat nantinya.
Menggambar dengan menggunakan teknik mozaik membutuhkan kesabaran, ketekunan serta ketelitian dalam membuatnya serta membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Sebab bahan yang kita gunakan untuk menempel berukuran sangat kecil sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memenuhi/menutupi kertas gambar/lukis yang kita gunakan.
Oleh karena itu, gunakanlah pulpen/katik lidi dalam menempelkan bahan pada kertas gambar agar mempermudah kita dalam mengambil dan meletakkan potongan-potongan bahan yang telah disiapkan. Ketika gambar yang kita inginkan sudah mulai tampak dan selesai jangan lupa kita membuat background dari gambar tersebut agar sesuatu yang kita gambar terlihat lebih hidup. Background yang akan kita buat bisa menggunakan bahan-bahan dari sisa kertas biji-bijian ataupun daun kering dan lain sebagainya. Jika menggunakan bahan yang alami berupa dedaunan dan biji-bjian sebaiknya setelah menempel dan menyelesaikan lukisan diharapkan sekali agar mempernis biji-bijiannya agar hasil karya yang kita buat tidak mudah rusak dalam jangka panjang dan tidak dimakan serangga. Jangan takut dalam mencoba menempel berbagaimacam warna yang sedikit berbeda ataupun jauh berbeda, sebab bisa saja itu menghasilkan sesuatu yang lebih mempunyai roh/jiwa pada gambar yang kita buat dengan bahan tempelan tersebut.

"REVIEW" JALAN-JALAN PROSES KREATIF Oleh Jajang Suryana









Sebuah buku yang ditulis oleh Ghiselin (1983), seorang profesor pada Universitas Utah, Amerika Serikat, isinya membahas peramasalahan proses kreatif secara lengkap. Buku yang diberi judul The Creative Process (dialihbahasakan oleh Wasid Soewarto dengan judul Proses Kreatif) berisi uraian yang lengkap tentang proses kreatif orang-orang dari berbagai bidang ilmu. Proses kreatif di antaranya dalam bidang matematika, fisika, biologi, seni musik, seni rupa, seni sastra, dan psikologi, dikemukakan Ghiselin melalui contoh-contoh pengakuan, surat, tulisan, analisis, maupun hasil wawancara. Proses kreatif seseorang diawali dengan adanya dorongan tenaga mujarad yang membimbing seseorang untuk melakukan sesuatu. Tenaga dorong yang tidak maujud itu, disadari oleh semua yang mendapatkannya, sebagai kekuatan supranatural, kekuatan Tuhan atau Yang Dipertuhan.
Proses kreatif adalah jalan penggubahan. Seorang novelis misalnya menceritakan, ketika ia akan melahirkan sebuah novel setebal 250-an halaman A4, menerima desakan pada ruang kesadarannya, pikir dan rasanya, agar segera merealisasikan “bisikan” tersebut menjadi tulisan. Bahkan, ketika novel itu berakhir alirannya, ujung cerita tidak dipaksakan oleh penulis. Ia menerima apa adanya berdasarkan bimbingan tenaga gaib itu. Tetapi, kondisi keberuntungan tersebut tidak selamanya bisa dialami sang novelis
Penggubahan karya hanya bisa secara mulus dilakukan oleh seseorang yang sudah biasa terlatih melakukan penggubahan. Seseorang yang biasa menggubah bentuk karya seni sastra, pikir dan rasanya bisa tergugah ketika membaca hasil gubahan orang lain Ini juga bisa dikategorikan sebagai bentuk jalan proses kreatif. Kadang-kadang, dorongan penggubahan muncul dari sumbangan pikiran orang lain. Dalam bidang kesenian, para pemikir dan pemerhati bidang seni kerap memberi alternatif pemecahan masalah terkait dengan keberadaan jenis kegiatan seni tertentu.
Pada masa kini, aneka pengaruh bisa datang dari sumber yang sangat beragam. Perangkat media elektronik seperti televisi dan komputer internet, telah begitu banyak mendorong pertukaran ide antarpelaku kegiatan. Sehingga, tidak ada jalan yang tertutup untuk segala jenis agihan (pertukaran, sharing) informasi. Keseduniaan, globaliasasi, dan istilah sejenis, telah dijadikan alasan penting dalam menerima aneka perubahan arus besar dari dunia luar. Nilai budaya asing begitu mudah dan nikmat diserap secara sadar oleh hampir semua lapisan masyarakat terpelajar. Semua itu diterima secara sadar demi mengikuti arus besar. Pengembangan bidang pariwisata, lebih khusus di Bali, telah lama memberi pengaruh besar kepada pertumbuhan pola pikir baru dalam penggubahan karya seni kriya. Sejumlah bentuk baru mengilhami para perajin sejalan dengan tuntutan para wisatawan. Pasar pun telah menjadi lingkungan baru yang harus disikapi secara toleran. Oleh karena itu, produk asing yang ikut memenuhi pasar, disikapi dengan dua cara: menerima keberadaan produk secara apa adanya, atau mengambil alih pembuatan benda asing tersebut. Inilah kondisi yang kini berlangsung di lingkungan perajin Bali. Proses kreatif para perajin Bali mulai banyak berubah mengikuti pola perubahan lingkungannya, lingkungan pariwisata yang melibatkan banyak produk asing dan orang asing.

BATIK SEDERHANA


        Batik Sederhana merupakan kegiatan melukis motif batik yang diinginkan menggunakan crayon/lilin  dilanjutkan dengan pewarnaan cat air dengan cara memblok/memberikan warna yang sama  pada proporsi bidang yang cukup besar. Membatik sederhana ini bukanlah suatu hal yang dirasa sulit untuk dilakukan hanya saja diperlukan keterampilan dan ketekunan dalam menggunakan alat dan bahan agar bisa membuat batik sederhana yang bagus/maksimal.
Lilin atau crayon sebagai pelindung untuk mendapatkan ragam hias diatas kertas lukis yang berfungsi agar daerah yang telah diberikan motif dari lilin/crayon tidak terkena cat warna, sehingga dapat memunculkan motif diinginkan dalam membuat batik sederhana. Sebab lilin dan crayon berbahan dasar minyak sehingga tidak bisa menyatu dengan air. Dalam hal melukis motif batik sederhana kita diminta harus melakukanya se-inovatif dan se-kreatif mungkinagar terlihat menarik. Selanjutnya, pembuatan motif batik sederhana tidak hanya menggunakan lilin saja namun juga bisa menggunakan crayon agar batik sederhana lebih terlihat menarik menggunakan beragam warna.
Pemilihan warna crayon alangkah baiknya menggunakan warna yang cerah dan pekat atau bisa juga menggunakn warna yang kontras dengan warna cat airnya agar dalam pewarnaan menggunakan cat air motifnya dapat terlihat. Pada intinya jika kita menggunakan warna cerah pada motifnya maka gunakanlah warna gelap pada warrna dasarnya nanti, begitu pula sebaliknya jika kita menggunakan warna gelap pada motifnya maka gunakanlah warna cerah pada warrna dasarnya nanti. Selain itu pula kita harus memperhatikan ketebalan motif yang kita buat agar motifnya tidak terlalu tebal maupun tipis sebab hal tersebut juga dapat mempengaruhi muncul tidaknya motif yang telah kitaa berikan. Sekian ulasan saya tentang batik sederhana, mudah bukan? Jika kita bersungguh-sungguh dalam melakukan suatu hal pasti bisa.

PERDALAM PENGETAHUAN SENI RUPA






        
  Seni merupakan cipta, rasa dan karsa yang memiliki keindahan dari satu momen singkat yang belum pernah terlihat oleh orang lain sebelumnya (imajinasi) yang bertahan dari satu generasi kegenerasi (abadi). Dalam mewujudkan sebuah seni membutuhkan sebuah media yang berbeda dan hasilnyapun akan berbeda juga. Seni yang mengutamakan unsur gerak disebut “Seni Tari” dan seni yang mengutamakan unsur bunyi disebut “Seni Musik”, serta seni yang mengutamakan unsur bentuk disebut “Seni Rupa”. Teori umum seni rupa menurut seni rupa barat dapat dibedakan menjadi dua yaitu “Seni Murni” dan “Seni terapan”. Dalam hal ini, akan lebih dibahas mengenai seni rupa khususnya seni rupa barat. Teori umum seni rupa menurut seni rupa barat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “Seni Murni” (Pure Art) dan “Seni Terapan” (Applied Art).

a. Seni Murni (Pure Art)
  Seni  murni merupakan seni rupa yang mengutamakan nilai budaya dan hanya memiliki nilai keindahan/estetik sebagai hiasan atau dinikmati untuk dilihat saja. Awalnya seni murni menginginkan hasil karyanya untuk dinikmati keindahannya oleh penciptanya maupun orang lain dan bukan untuk diperjual belikan. Namun seni murni saat ini tidak sepenuhnya murni. Perlahan-lahan seni murni yang dulunya diciptakan untuk aspek estetik (keindahan) saja, sekarang juga dipandang mampu memunculkan suatu fungsional (kegunaan) serta profit (keuntungan). Jadi, karya seni saat ini memiliki nilai estetik dan fungsional, tapi tidak semua karya seni tersebut memiliki nilai estetik dan fungsional. Contoh seni melukis, mulanya hanya sebagai hiasan semata untuk dipajang di dinding rumah. Sekarang seni melukis sudah berkembang tidak hanya  memiliki nilai estetik(keindahan) sebagai hiasan, tapi diperjual belikan jiga yang artinya  memiliki kegunaan memenuhi kebutuhan ekonomi.

b. Seni Terapan (Applied Art)
   Seni Terapan merupakan senii rupa yang lebih mengutamakan kegunaannya atau fungsi pakainya. Seni terapan memiliki fungsi pragmatis (memenuhi keperluan/kebutuhan hidup manusia). Membuat karya seni rupa terapan tidak sebebas membuat karya seni rupa murni karena di dalamnya harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti syarat keamanan (security), kenyamanan (comfortable), dan keluwesan dalam penggunaan (flexibility). Seni terapan juga dapat memiliki nilai fungsional (memenuhi kebutuhan hidup manusia) dengan mendatangkan keuntungan (profit), serta nilai keindahan atau estetik. Jadi, pada initinya seni terapan ini memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia yang tidak hanya bisa di pandang keindahannya, namun juga dapat di pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh seni terapan ialah sebuah Hotel yang memiliki nilai fungsional sebagai penginapan/tempat tinggal sementara dengan mendatangkan keuntungan (profit) berupa nilai ekonomis serta memiliki nilai keindahan atau estetik seni bangunan (arsitektur) yang unik dapat menggait hati, membuat nyaman dan menenngkan jiwa yang menempatinya.

   Adapun pembagian antara “Seni Murni” (Pure Art) dan “Seni Terapan” (Applied Art) sebagai berikut:

Seni Murni
(Pure Art)
Seni Terapan
(Applied Art)
Seni Lukis
Seni Bangun
Seni Patung
Seni Tenun
Seni Arsitektur
Seni Kriya
Seni Pahat
Seni Batik
Seni Grafity
Seni Baliho (Reklame)
Seni Kaligrafi
Seni Famplet (Reklame)
Seni Dekorasi
Seni Poster (Reklame)
Seni Grafis
Seni Pahat
Seni Fotografi
Seni Grafis
Seni Ukir
Seni Fotografi
Seni Ukir
Seni Arsitektur
Catatan : Yang termasuk kedalam seni kriya adalah logam, kayu, fiber, plastic, batuan, keramik, tanah liat, batik, dan tekstil.
    Seni juga dapat dilihat dari segi “Kelas Sosial”-nya. Maksudnya, hasil karya seni tersebut dibedakan berdasarkan penyebutan nama, baik itu penyebutan nama hasil karya seni maupun penyebutan diri sendiri sebagai orang yang menghasilkan karya seni. Dalam hal ini, terdapat dua kelas sosial, yaitu ada orang-orang yang tinggal di kota atau sering disebut pekota, dan ada orang-orang yang tinggal di desa atau sering disebut dengan pedesa. Orang kota (pekota) menyebut hasil karyanya sebagai “Design” serta menyebut dirinya sebagai “Seniman”. Orang kota (pekota) beranggapan bahwa teori seni rupa kebanyakan dibuat oleh orang kota. Lain halnya dengan seniman yang berasal dari desa (pedesa), mereka tidak menginginkan/tidak berharap/menuntut agar disebut dengan panggilan seniman, namun mereka sering disebut oleh orang pekota sebagai “Artisan” (Perajin, Tukang, Kriyawan). Orang kota memiliki sifat angkuh yang tidak mau disamakan dengan orang desa baik itu dalam hal penyebutan nama, hasil karyanya, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kelas sosial dari orang pekota dan orang pedesa, yang mengharuskan adanya jarak di antara orang kota dan orang desa. Menurut hasil karyanya orang kota tidak selalu lebih bagus hasil karyanya dibandingkan dengan orang desa. Hasil karya seorang seniman justru berbeda-beda meskipun mendiami tempat yang sama sekalipun. Artinya, tidak selalu lukisan orang kota lebih bagus daripada lukisan orang desa, Hal tersebut bergantung pada orangnya sendiri dalam menekuninya, serta memaknai hasil karyanya. 

"EKSPRESI PENUH WARNA"






Saat itu aku duduk termenung di kelas mendengarkan lantunan lagu yang dinyanyikan salah satu teman kelas-ku. Dari hal tersebut aku berusaha menikmati dan merasakan emosi yang ingin disampaikan lagu tersebut dan aku tuangkan dalam sebuah goresan cat air dengan penuh warna. Aku bukan seorang seniman dan bukan pula seorang pelukis handal. Namun aku diminta untuk melakukannya dengan imajinasi yang terlintas dalam pikiranku. Setelah mengikuti lantunan lagu yang dinyanyikan, aku diminta untuk melanjutkan goresan yang telah aku buat sebelumnya. Selama 2 jam kedepan aku bergelut bersama, air, cat air, kuas, pallet, dan sebuah kertas lukis.
Pikiranku penuh tanda tanya akan apa yang aku buat nantinya? Aku berpikir keras, hingga akhirnya aku menemukan sebuah gambaran akan apa yang akan aku lukis nantinya lewat goresan yang akubuat seperti sebuah binatang “Trenggiling”. Mengawali sebuah goresan yang mengarah akan imajinasiku begitu berat rasanya karena aku sangat takut untuk salah. Namun, saat aku mulai membentuk wajahnya yang begitu jelas terlihat persis/bisa dibilang mirip aku mulai percaya diri dan perasaan keraguan dan takutku mencair begitu saja. Aku mulai berani dalam menuangkan warna yang tajam dan kontras, walaupun aku kurang paham dengan campuran cat air dengan air yang harus diperhatikan. Dari pengalaman selama beberapa menit mengajarkan saya akan semakin banyak kita menggunakan air dalam mencampur cat air, maka warna yang dihasilkan pun akan semakin pudar dan bila ditumpuk dengan warna yang lainnya menimbulakan perpaduan warna yang cukup menarik. Begitu sebaliknya jika kita semakin sedikit menggunakan air dalam mencampur cat air, maka warna yang dihasilkan akan sangat pekat dan bila dipadukan dengan yang lainnya tidak akan menimbilkan warna baru. Maka dari itu, hanya dengan memperhatikan penggunaan air kita akan mendapatkan warna yang kita inginkan dari cat air.
Dalam melukis imajinasi yang akan ku buat, aku mulai menyadari bahwa pengalaman-ku yang minim dalam menggunakan bahan dan alat yang ku gunakan tidak bisa mengimbangi keinginanku secara maksimal yang sudah terbayangkan dalam benakku. Aku sadar bahwa melukis itu membutuhkan keterampilan, ketepatan dalam mencampur warna, ketelitian, kesabaran dan pantang menyerah dalam menyelesaikan sebuah lukisan. Ketika lukisan-ku  penuh goresan dengan berbagai warna yang menunjukan ekspresi-ku dalam melukis dan kini kertas lukis yang kugunakan penuh dengan warna aku merasa lega dan plong rasanya bahwa ternyata aku bisa melukis juga. Oleh karena itu, aku tidak lagi menjadi seorang yang takut/pengecut dalam menuangkan ekspresiku dalam sebuah lukisan walaupun orang menganggap lukisanku jelek namun itu sangat berharga bagiku.